Bijaksana Dalam Memahami Eco Enzyme

Eco Enzyme

A few days ago we are harvesting 60 liters of eco enzyme and we will be harvesting another 50 litres in 2 months. Padahal satu botol saja kami pakai selama setahun jadi hasil panenan ini cukup untuk tujuh turunan anak cucu kami. Postingan ini kebetulan dibuat untuk mengungkapkan unek-unek kami terhadap beberapa hal yang terjadi belakangan ini yang berhubungan erat dengan ee. Well, here we are. First of all, tidak mengapa bergabung dengan banyak WAG untuk menambah pengetahuan ini itunya, but somehow kita harus bijaksana dalam menyerap ilmu dan menyingkapi perdebatan yang ada.

Misalnya, ada yang bercerita bahwa beliau gabung ke grup khusus eco enzyme dan sang admin yang juga baru belajar eco enzyme selama beberapa bulan agak ngotot dalam mempertanyakan alasan ampas eco enzyme digunakan kembali untuk starter. Well, jadi begini, setiap proses yang melibatkan bahan utama+glukosa+air sudah pasti akan melalui proses fermentasi baik itu pembuatan mol, eco enzyme, wine dsb. Similar process with different added ingredients and function. Keseluruhan proses ini pasti akan menghasilkan ampas. Ampas ini amat dapat digunakan kembali untuk starter.

Kedua, ada yang bercerita gabung ke grup belajar dan menyarankan eco enzyme itu memang harus berjamur. Well, jadi begini, setiap proses fermentasi atau brining (perendaman dalam larutan) baik pembuatan mol, eco enzyme, kimchi, sauerkraut, pickle harus dan wajib terendam. Apabila tidak maka dia akan berjamur. Solusinya pakai alat bantu untuk menekan bahan utama ke dalam air. Jamur hanya diharapkan hadir dalam pembuatan tempe, oncom dsb yang tidak menggunakan brine.

Bijaksanalah dan IQRA…bacalah