Banyak DM yang masuk menanyakan apakah mereka dapat sejahtera menerapkan permaculture, bisakah mendapat pemasukan dari permaculture dan sebagainya.
Saya harus menjelaskan dulu bahwa mau monetizing dari sisi apa? Sisi permaculturist sebagai instruktur atau pekebun?
Saya tidak akan membahas opsi 1, karena pembahasannya akan panjang, tidak mudah mengharapkan monetize dari instruktur, karena selain secara personal harus memiliki pengalaman bertahun-tahun. Sudah jelas permaculturist harus berhasil menerapkan semua etika dan prinsip permaculture serta pengaplikasiannya. Otherwise, mau mengajarkan apa?
Kita ke opsi 2, baca kembali postingan organic vs permaculture. Apa perbedaan yang dijual? Bedanya apa?
Kita kembali ke masalah supply demand, apabila petani menjual produk mentah sudah jelas harus rela bersaing dengan kang sayur di pasar. Tidak menutupi oprerational cost nih, terpaksa harus meluaskan lahan. Duh lahan luas gini banyak “hama”. Duh harus bayar gaji pekerja dsb, seems familiar, right? Betul, hal inilah yang pada awalnya melahirkan sistem agriculture. Bagaimana memenuhi demand kuantiti besar dengan harga terjangkau. Akan ada banyak pertaruhan berkecamuk diantara para permaculturist. Bahkan beberapa petani organik juga masih harus berjuang meskipun memiliki lahan luas.
Tentu saja kita tidak dapat ngotot memaksa konsumen untuk paham dengan produk kita. Itu perjuangan yang membutuhkan energi besar. Solusi yang dapat kita lakukan adalah menggunakan energi tersebut untuk mengolah produk mentah menjadi produk jadi dan mengeluarkan sedikit effort untuk melakukan branding ke dalam komunitas dan cafe atau resto yang bersedia menampung produk olahan tersebut. Kembali lagi, ini juga bukan hal yang mudah, butuh proses.
But still, keduanya memiliki pertaruhan tersendiri dan ini adalah keputusan anda sebagai pelaku. Mau mempertaruhkan yang mana? Menjual quantity atau value dari product?