Minggu kemarin kami didatangi beberapa visitor yang kembali lagi mengeluarkan pertanyaan lucu bagi kami, namun ternyata amat serius bagi mereka.
1. Mengurus lahan seluas ini untuk ukuran urban membutuhkan waktu berapa jam sehari? Well, pernyataan ini juga selalu kami ulang. Kami memilih metode permaculture bukan hanya karena memiliki visi untuk menyelamatkan soil dan ekosistem, namun hal itu cocok untuk kegiatan kami yang hectic sehingga tidak bisa berlama-lama dikebun, sehari satu jam sudah amat maksimal. Selebihnya kami tinggal memanen, main-main dsb.
2. Ini kebunnya beneran full seperti rimba tidak ada celah, area kerjanya dimana? Ehmm, area kerja apa? Ohhh maksudnya bikin kompos. Oh well, hal ini juga pernah kami posting di postingan waste management tentang bagaimana kami mengolah limbah secara efektif dan optimal tanpa capek melalui banana circle, aquaculture dan biodigester so no need berkompos2 bagi kami.
3. Kenapa tidak ada tanaman selada dan annual lainnya? Ada, nyelip diantara perrenial dan biennial dengan jumlah total hanya 15%.
4. Dengan metode ini kalian bisa menjalankan sustainable living? Owh yes, kalau mau rajin setiap hari selama sebulan kami dapat menyantap menu dengan jenis sayuran berbeda, protein juga sudah kami provide, karbohidrat tinggal pilih. Kami buat syrup, kombucha, wine, jams, butter sendiri. Selebihnya yang belum ada biasanya kami barter (beras, gula, garam, minyak, rempah lainnya).