KEMALASAN, nah ini sih penyebab paling utama pemilahan sampah. Why? Seperti yang sudah pernah saya sampaikan dibeberapa postingan sebelumnya kalau terkadang kita suka sok “innocence” dan tutup mata soal sampah ini, karena menganggap sudah melaksanakan kewajiban dengan membayar sejumlah uang ke petugas kebersihan. Harapan kita sih petugas itu yang akan melakukan pemilahan sampah dan pengolahan sampah, pokoknya dengan uang selembar kita udah say bye bye sampah gitu kepinginnya.
Well, not that easy (baca kembali beberapa postingan sebelumnya). Dan kita juga tidak dapat berharap sepenuhnya kepada pemerintah serta dinas terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Di dalam permaculture, kita harus mampu menyelesaikan permasalahan kita sendiri. Bukan hanya energi serta sampah yang tidak boleh keluar dari lingkaran, melainkan juga permasalahan.
Pemilahan sampah juga bukan merupakan hal rumit, namun menjadi amat rumit kalau kita tidak tahu apa yang akan kita lakukan terhadap sampah yang telah kita pisahkan bukan? Well, disinilah akan kita kupas habis2an, apa saja sih yang dapat kita lakukan dengan sampah kita, sampah komunitas kita, sampah sekolah kita bahkan sampah kantor kita. Hasil dari pengolahan sampah ini jelas dapat dimonitize juga atau digunakan sendiri. Apabila dilakukan didalam sebuah komunitas, hal ini erat hubungannya dengan circular economy.
Pemilahan sampah paling sederhana itu adalah sampah dapur sisa makanan/food waste (sampah mentah, sampah matang, sampah kulit) dan sampah non dapur (daur ulang dan non-daur ulang).
Tahu enggak sih kalau kita ini termasuk penyampah anorganik terbesar?
Anorganic Waste/Sampah Anorganik
Okey, kita mulai di Anorganic Waste dulu yaaaa, sebelumnya kita segarkan ingatan dengan membaca materi tentang jejak karbon lagi yaaa supaya lebih nyangkut.
Lha, apa hubungannya? Yee, enggak nyimak yaaa pas kita bahas soal jejak karbon? Ingat kan berapa banyak jejak karbon yang dihasilkan untuk memproduksi kemasan/packaging? Buesarrr, apalagi itu skala industri, nahhh itu jejak karbon plus energi yang besar itu sudah dipakai untuk memproduksi kemasan ehhh kemasannya kita buang seenaknya. MUBAZIR TENAN BUKAN???? (Sampai sini sudah merasa level dosa-nya naik enggak?). Bukan hanya masalah sampah plastiknya tapi ke-mubazir-an penggunaan ENERGI yang ujung-ujungnya nyangkut di selokan, di hilir sungai, diperut ikan paus, nyangkut di badan penyu. Ingat prinsip 4. Apply Self-regulation & accept feedback, bahwa energi yang kita gunakan sekarang akan berdampak kepada cadangan energi anak cucu kita yang akan datang. Jadi bagaimana pertanggungjawaban kita akan ke-mubaziran energi yang kita buang-buang untuk sehelai packaging?
Hufff…tarik nafas dulu yaaaa….
Sampai sini apakah sudah paham mengapa dalam permaculture kita WAJIB mengolah sampah sendiri?
Bukan sampahnya yang jadi titik utama, tetapi energi yang terbuang sia-sia apabila tidak kita “pungut” dan gunakan. Apabila kita memikirkan titik utamanya itu di sampah, pasti yang ada dipikiran itu adalah jalan pintas…as a queen Daenerys have said BURN THEM ALL…yang ada di pikiran masyarakat awam ya tinggal bakar aja sampahnya….oooppssss…..
Okey, setelah kita mempelajari postingan sebelumnya, kita akan tahu mengenai :
1. Berapa banyak energi dan jejak karbon yang digunakan untuk memproduksi plastik/kemasan/packaging/barang non organik tersebut?.
2. Berapa tahun/puluh tahun/ratusan tahun barang tersebut dapat terurai?.
3. Apa dampaknya bagi lingkungan?. Jadi penekanan bukan terdapat pada proses reuse dan recycle-nya, melainkan proses REDUCE nya.
Bagaimana kita dapat mengurangi jejak karbon dan pemborosan energi? Ya dengan mengurangi konsumsinya. Dengan mengganti atau mensubstitusi produk atau barang yang kita pergunakan. Will it be least comforting? Enggak juga…terkadang ini hanya masalah kebiasaan.
Oke. Swipe this picture to see what you can do from small steps, baby steps to save the earth, our earth.
Ada yang mau ditambahkan? Monggo….